A. Pengertian Arsitektur Vernakular
Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur
yang muncul secara alami dari kebutuhan dan kondisi lingkungan lokal di mana
bangunan tersebut dibangun. Kata "vernakular" berasal dari bahasa
Latin "vernaculus," yang berarti "yang berasal dari rumah"
atau "yang diucapkan di rumah." Dalam zaman kuno, pembuatan rumah
tidak melibatkan arsitektur profesional, tetapi hanya mengandalkan keterampilan
masyarakat lokal di daerah tersebut. Karena itulah istilah vernakular mulai
muncul. Arsitektur vernakular mencerminkan karakteristik budaya, tradisi,
iklim, dan bahan yang tersedia di suatu wilayah.
Gaya
arsitektur ini didasarkan pada pengalaman turun temurun dan penyesuaian
terhadap lingkungan alam. Bentuk, ornamen, dan konstruksi bangunan vernakular
sering kali mengikuti norma-norma yang telah ada selama berabad-abad, dan gaya
ini sering kali menggabungkan unsur-unsur seni dan dekoratif yang merujuk pada
warisan budaya. Karena arsitektur vernakular berkembang secara organik dan
berakar dalam kebutuhan serta budaya lokal, ia sering kali memiliki daya tahan
dan efisiensi yang baik dalam memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
B.
Perbedaan Arsitektur Vernakular dengan
Arsitektur Tradisional
Dalam dunia arsitektur, terdapat dua konsep yang sering kali bercampur aduk, yaitu arsitektur vernakular dan arsitektur tradisional. Meskipun sering digunakan bergantian, keduanya memiliki perbedaan penting yang perlu dipahami. Berikut adalah perbedaan arsitektur vernakular dengan arsitektur tradisional:
1.
Penggunaan Tenaga Ahli dan Teknologi Modern
Arsitektur vernakular tidak mengandalkan
bantuan tenaga ahli atau teknologi modern dalam proses pembangunannya. Bangunan
vernakular cenderung dibangun oleh penduduk lokal atau masyarakat setempat
tanpa keterlibatan arsitek profesional.
Sebaliknya, arsitektur tradisional cenderung melibatkan tenaga ahli atau arsitek profesional yang memadukan teknologi modern dalam perancangan dan konstruksi bangunan. Tak heran jika hasil bangunan arsitektur tradisional memiliki hasil yang cukup maksimal.
2.
Penggunaan Bahan Baku
Arsitektur vernakular menggunakan bahan
seadanya yang ditemukan di daerah tersebut. Bahan-bahan ini mungkin bersifat
alami dan lokal, seperti kayu, batu, dan bambu.
Arsitektur tradisional juga menggunakan bahan
alami, tetapi seringkali bisa melibatkan bahan-bahan yang diimpor atau diproses
secara modern. Ini berarti ada lebih banyak variasi dalam pemilihan bahan,
tergantung pada ketersediaan dan perubahan teknologi.
3.
Proses Pembangunan
Bangunan vernakular sering kali dibangun oleh
penduduk lokal atau masyarakat setempat tanpa keterlibatan profesional. Proses
ini lebih bergantung pada pengetahuan turun-temurun dan keterampilan
tradisional.
Sedangkan Proses pembangunan arsitektur
tradisional melibatkan tenaga profesional seperti arsitek dan tukang konstruksi
yang terlatih, serta sering menggunakan peralatan modern dalam proses
pembangunannya.
4.
Gaya Desain
Arsitektur vernakular cenderung mengikuti
konsep desain yang lebih alami dan kontekstual. Bangunan vernakular sering kali
terintegrasi dengan lingkungan sekitar dan mempertimbangkan kondisi iklim dan
budaya lokal.
Sedangkan arsitektur tradisional sering
mengikuti desain yang telah diwariskan turun-temurun dari generasi sebelumnya,
dengan penekanan pada elemen-elemen tradisional dan warisan budaya.
C.
Ciri-Ciri Arsitektur Vernakular
Gaya arsitektur selalu memiliki ciri khas yang membedakannya dari yang lain. Begitu juga dengan arsitektur vernakular, yang memiliki ciri khas uniknya sendiri. Berikut beberapa ciri utama yang menggambarkan arsitektur vernakular:
1. Penggunaan Bahan Bangunan Lokal: Arsitektur vernakular sering sekali menggunakan bahan bangunan yang
tersedia di lingkungan setempat. Ini berarti memanfaatkan kayu, batu, tanah
liat, atau bahan alami lain yang dapat ditemukan dalam daerah tersebut.
2. Proses Pembangunan Tradisional: Dalam arsitektur vernakular, proses pembangunan cenderung mengandalkan
teknik dan metode konstruksi tradisional. Mesin berat jarang digunakan, dan
tenaga masyarakat lokal sering menjadi komponen utama dalam pembangunan.
3. Keterkaitan dengan Iklim Lokal: Bangunan vernakular selalu mempertimbangkan kondisi iklim setempat.
Desainnya akan beradaptasi dengan iklim daerah tersebut, contohnya menggunakan
bahan yang cocok untuk iklim dingin atau panas.
4. Partisipasi Komunitas Lokal: Arsitektur
vernakular cenderung mengikuti konsep desain yang lebih alami dan kontekstual.
Bangunan vernakular sering kali terintegrasi dengan lingkungan sekitar dan
mempertimbangkan kondisi iklim dan budaya lokal.
5. Kehematan Biaya: Salah satu ciri penting arsitektur vernakular
adalah kehematan biaya dalam pembangunan. Penggunaan bahan bangunan lokal yang
murah serta minimnya keterlibatan profesional arsitek dan mesin berat dapat
mengurangi biaya konstruksi.
Arsitektur vernakular, yang telah tumbuh dan berkembang
selama berabad-abad sebagai manifestasi unik dari budaya dan lingkungan
setempat, saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan di era digital. Meskipun
arsitektur vernakular memiliki nilai-nilai budaya yang kuat dan berkelanjutan,
kemajuan teknologi dan perubahan global membawa beberapa tantangan yaitu sebagai
berikut:
1. Globalisasi: Era digital telah membawa globalisasi yang
semakin mendalam, dengan mudahnya akses ke desain arsitektur modern dan
material yang diimpor dari luar daerah tertentu. Hal ini dapat mengurangi minat
dan permintaan terhadap arsitektur vernakular yang lebih lokal dan tradisional.
2. Kehilangan Keterampilan Tradisional: Seiring dengan perkembangan teknologi modern,
banyak keterampilan konstruksi dan desain tradisional yang diperlukan untuk
arsitektur vernakular mulai hilang. Hal ini dapat menghambat kemampuan
masyarakat lokal untuk mempertahankan dan merawat bangunan vernakular.
3. Pengaruh Media Sosial: Era digital telah membawa pengaruh media
sosial yang kuat dalam dunia arsitektur. Hal ini dapat memicu peniruan
desain-desain populer dan mengabaikan arsitektur vernakular yang unik.
4. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai
arsitektur vernakular dan mengintegrasikan pendidikan arsitektur tradisional ke
dalam kurikulum modern menjadi tantangan penting dalam era digital ini.
5.
Perubahan Lingkungan: Perubahan lingkungan seperti perubahan iklim dapat mempengaruhi
keberlanjutan dan kehandalan bangunan vernakular. Masyarakat harus mampu
menyesuaikan dan memodernisasi bangunan tersebut agar tetap fungsional.
E. Contoh-contoh Arsitektur Vernakular
Arsitektur vernakular sangat bervariasi di seluruh dunia, karena bergantung pada budaya, iklim, sumber daya alam, dan tradisi setempat. Berikut beberapa contoh arsitektur vernakular dari berbagai belahan dunia:
1. Rumah Toraja, Indonesia
Rumah adat Toraja di Sulawesi Selatan,
Indonesia, adalah contoh arsitektur vernakular yang menonjol. Rumah-rumah ini
terbuat dari kayu dan bambu serta memiliki atap berbentuk tanduk kerbau.
Desainnya sangat terkait dengan kepercayaan dan tradisi masyarakat Toraja.
2. Kasbah, Maroko
Kasbah adalah benteng tradisional yang ditemukan di Maroko dan wilayah sekitarnya. Mereka dibangun dari bahan tanah liat setempat, yang membantu menjaga suhu di dalam bangunan dalam cuaca panas dan dingin.
3. Rumah Troglodit, Tunisia
Rumah adat Toraja di Sulawesi Selatan, Indonesia, adalah
contoh arsitektur vernakular yang menonjol. Rumah-rumah ini terbuat dari kayu
dan bambu serta memiliki atap berbentuk tanduk kerbau. Desainnya sangat terkait
dengan kepercayaan dan tradisi masyarakat Toraja.
REFERENSI:
https://www.gramedia.com/best-seller/arsitektur-vernakular/
https://www.arsitag.com/media/vernakular-adalah/
https://cdnwpedutorenews.gramedia.net/wp-content/uploads/2021/12/30191712/Rumah-Adat-Tongkonan-2.jpg
https://cdn.oase.id/dynamic/2022/12/11/2722/bveTy0lKrP.jpg?w=500
Tidak ada komentar:
Posting Komentar