Kamis, 10 Oktober 2024

Bangunan Pintar

 

Definisi Arsitektur Pintar

Arsitektur pintar adalah konsep perancangan bangunan yang mengintegrasikan teknologi canggih untuk menciptakan lingkungan binaan yang lebih efisien, nyaman, dan berkelanjutan. Bangunan pintar tidak hanya sekadar struktur fisik, tetapi juga sistem yang saling terhubung dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan penggunanya.

Prinsip Dasar Arsitektur Pintar

  • Konektivitas: Semua elemen dalam bangunan, mulai dari sistem pencahayaan, pemanas, pendingin, hingga keamanan, saling terhubung melalui jaringan internet.
  • Otomatisasi: Banyak fungsi dalam bangunan dapat dioperasikan secara otomatis, seperti pengaturan suhu ruangan, pencahayaan, dan keamanan.
  • Efisiensi Energi: Bangunan pintar dirancang untuk meminimalkan penggunaan energi melalui berbagai cara, seperti pemanfaatan energi matahari dan sistem kontrol yang cerdas.
  • Keamanan: Sistem keamanan yang canggih, seperti CCTV, sensor gerak, dan akses kontrol, memberikan perlindungan yang lebih baik.
  • K kenyamanan: Pengguna dapat mengontrol lingkungan di sekitar mereka melalui perangkat pintar, seperti smartphone atau tablet.

Contoh Aplikasi Arsitektur Pintar

  • Sistem Kontrol Rumah Pintar: Memungkinkan pengguna untuk mengontrol lampu, termostat, dan perangkat elektronik lainnya dari jarak jauh.
  • Bangunan dengan Fasad Dinamis: Fasad bangunan dapat berubah warna atau bentuknya untuk merespons kondisi cuaca atau cahaya matahari.
  • Sistem Manajemen Energi: Mengoptimalkan penggunaan energi dalam bangunan dengan memantau konsumsi energi secara real-time dan membuat penyesuaian yang diperlukan.
  • Sistem Transportasi Vertikal: Lift dan eskalator yang dapat menyesuaikan kecepatan dan arah sesuai dengan kebutuhan pengguna.
  • Bangunan dengan Material Pintar: Menggunakan material yang dapat berubah sifatnya sesuai dengan kondisi lingkungan, seperti kaca yang dapat berubah menjadi buram untuk mengurangi panas.

Senin, 27 November 2023

𝐁𝐀𝐇𝐀𝐒𝐀 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 - 3

 

Konsep Arsitektur Modern Dalam Era 4.0

Arsitektur modern adalah gaya arsitektur yang berkembang pada abad ke-20. Gaya ini ditandai dengan penggunaan bentuk-bentuk geometris sederhana, garis-garis tegas, dan material-material modern seperti beton, baja, dan kaca. Arsitektur modern juga menekankan pada fungsionalitas dan efisiensi, serta keseimbangan antara fungsionalitas dan estetika.

Era 4.0 atau Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi yang pesat, terutama di bidang digital. Perkembangan teknologi ini telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk arsitektur.

Dalam era 4.0, arsitektur modern didefinisikan sebagai gaya arsitektur yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan fungsionalitas, efisiensi, dan keberlanjutan bangunan. Arsitektur modern di era 4.0 juga menekankan pada aspek keterhubungan, sehingga bangunan dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

 

A.     Karakteristik Arsitektur Modern dalam Era 4.0

Arsitektur modern dalam era 4.0 memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:

·    Fleksibilitas: Bangunan harus dapat diadaptasi dengan perubahan kebutuhan penggunanya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk membuat bangunan dapat diubah atau disesuaikan secara dinamis. Salah satu contoh penerapan fleksibilitas dalam arsitektur modern adalah penggunaan sistem modular. Sistem modular memungkinkan bangunan untuk dibongkar pasang dan diubah sesuai kebutuhan. Hal ini dapat membantu mengurangi biaya pembangunan dan pemeliharaan bangunan, serta membuat bangunan lebih mudah didaur ulang.

·    Keterhubungan: Bangunan harus dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik maupun digital. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk menghubungkan bangunan dengan perangkat-perangkat elektronik, sensor, dan sistem lainnya. Salah satu contoh penerapan keterhubungan dalam arsitektur modern adalah penggunaan sensor untuk mengumpulkan data tentang lingkungan sekitar bangunan. Data ini dapat digunakan untuk mengontrol sistem bangunan, seperti pencahayaan, pendingin udara, dan keamanan.

·      Berkelanjutan: Bangunan harus dirancang dengan mempertimbangkan aspek lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi untuk mengurangi konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya, serta mengurangi dampak lingkungan dari bangunan. Salah satu contoh penerapan keberlanjutan dalam arsitektur modern adalah penggunaan sistem energi terbarukan. Sistem energi terbarukan dapat membantu mengurangi konsumsi energi dari sumber-sumber yang tidak berkelanjutan, seperti bahan bakar fosil.

 

B.     Contoh Teknologi dalam Arsitektur Modern

·       Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) merujuk pada jaringan perangkat fisik yang terhubung melalui internet, memungkinkan perangkat ini berkomunikasi dan berbagi data dengan satu sama lain. Dalam arsitektur modern, IoT dapat diterapkan untuk menghubungkan berbagai sistem bangunan, seperti penerangan, keamanan, dan sistem HVAC, menciptakan bangunan pintar yang dapat diatur secara otomatis dan efisien.

·       Big Data Analytics

Big Data Analytics melibatkan analisis besar set data yang dihasilkan oleh berbagai sumber, termasuk sensor, perangkat pintar, dan sistem lainnya. Dalam arsitektur modern, big data analytics dapat digunakan untuk menganalisis perilaku penghuni, kinerja energi bangunan, dan efisiensi operasional secara mendalam. Informasi ini dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih cerdas terkait desain, pemeliharaan, dan efisiensi bangunan.

·       Artificial Intelligence (AI)

Artificial Intelligence (AI) adalah kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia, termasuk pemahaman bahasa alami, pemrosesan citra, dan pengambilan keputusan. Dalam arsitektur modern, AI dapat digunakan untuk merancang desain bangunan yang optimal berdasarkan kriteria tertentu, memprediksi kebutuhan energi, dan bahkan memonitor kondisi bangunan secara real-time untuk mengoptimalkan kenyamanan penghuni.

·       Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR)

Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang menggabungkan elemen dunia nyata dengan elemen digital, sedangkan Virtual Reality (VR) menciptakan lingkungan sepenuhnya terpisah dari dunia nyata. Dalam arsitektur modern, AR dan VR dapat digunakan untuk memberikan pengalaman interaktif kepada klien, memungkinkan mereka melihat desain bangunan secara real-time atau menjelajahi ruang secara virtual sebelum konstruksi sebenarnya dimulai. Teknologi ini juga berguna dalam pelatihan konstruksi dan pemeliharaan bangunan.

 

C.     Tantangan Arsitektur Modern dalam Era 4.0

·   Perubahan Cepat Teknologi: Pengembangan teknologi yang cepat memerlukan arsitek untuk terus memperbarui pengetahuan mereka dan mengintegrasikan inovasi dalam desain.

·  Dampak Lingkungan: Meskipun arsitektur modern menekankan keberlanjutan, masih ada tantangan dalam mengurangi dampak lingkungan secara signifikan dan meminimalkan jejak karbon.

·  Keterbatasan Sumber Daya: Sumber daya terbatas, termasuk bahan bangunan dan energi, menantang arsitek untuk menciptakan desain yang lebih efisien dan berkelanjutan.

·   Tantangan Kreativitas dan Ekspresi Lokal: Globalisasi dapat mengarah pada homogenisasi desain. Menemukan keseimbangan antara estetika global dan ekspresi lokal merupakan tantangan kreatif.

·    Regulasi dan Standar: Adanya peraturan dan standar yang kompleks dapat menjadi hambatan dalam mewujudkan desain arsitektur modern, terutama yang melibatkan teknologi tinggi.

 

D.     Contoh Bangunan yang Menerapkan Arsitektur Modern

·       The Edge, Amsterdam

sumber: bloomberg.com
The Edge adalah bangunan perkantoran yang terletak di Amsterdam, Belanda. Dirancang oleh perusahaan arsitektur PLP Architecture, bangunan ini diakui sebagai salah satu gedung perkantoran paling berkelanjutan di dunia. The Edge menggabungkan keberlanjutan tinggi dengan teknologi modern. Dilengkapi dengan sensor IoT untuk mengatur pencahayaan dan suhu, serta panel surya yang menghasilkan energi, bangunan ini memanfaatkan teknologi untuk mencapai efisiensi energi dan kenyamanan penghuni.

·       Bosco Verticale, Milan

sumber: pedestal-eternoivica.com
Bosco Verticale, atau "hutan vertikal," adalah kompleks apartemen di Milan, Italia, yang dirancang oleh arsitek Stefano Boeri. Terkenal karena pendekatannya yang inovatif terhadap ruang hijau di perkotaan, Bosco Verticale memiliki balkon yang ditanami pohon dan tanaman. Selain memberikan keindahan estetika, teknologi dan perencanaan bangunan yang canggih digunakan untuk memastikan pertumbuhan dan perawatan tanaman, menciptakan ekosistem yang sehat di tengah kota.

·       One Central Park, Sydney:

sumber: parchdaily.com
One Central Park adalah kompleks perumahan dan komersial di Sydney, Australia, yang dirancang oleh arsitek Jean Nouvel. Bangunan ini menonjol dengan dinding tumbuh yang menampung berbagai jenis tanaman. Teknologi pemeliharaan tanaman yang canggih, seperti sistem irigasi otomatis dan pencahayaan LED, digunakan untuk menciptakan efek visual yang dramatis. One Central Park memadukan keberlanjutan dengan keindahan alam, menggabungkan teknologi modern dengan konsep lingkungan yang hijau.

·       Masdar City, Abu Dhabi:

sumber: wired.co.uk
Masdar City merupakan kota pintar dan berkelanjutan yang terletak di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Didesain untuk menjadi kota nol emisi karbon, Masdar City memanfaatkan teknologi terkini, termasuk penggunaan energi matahari, transportasi berbasis listrik, dan desain bangunan yang ramah lingkungan. Salah satu contoh adalah Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masdar, yang menggabungkan teknologi energi terbarukan dan desain arsitektur modern untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan tinggi.

 

REFERENSI

https://kumparan.com/nt-leo/pengaruh-revolusi-industri-4-0-terhadap-perubahan-wujud-arsitektur-1vBfPG8w1v2

https://binus.ac.id/2020/09/arsitektur-dan-era-industri-4-0-pentingnya-inovasi-serta-sikap-proaktif-dan-inklusif-dalam-menghadapi-industri-yang-dinamis/

https://www.arsimedia.com/2021/03/penjelasan-arsitektur-berkelanjutan-dan.html

https://sis.binus.ac.id/2019/11/28/peran-internet-of-things-dalam-perkembangan-industri-4-0/

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JUPITER/article/view/12262

https://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jsi/article/view/991/958

https://medium.com/@mfrauf/internet-of-things-iot-dalam-revolusi-industri-4-0-f4d0356d9f42

https://www.archdaily.com/785967/the-edge-plp-architecture

https://www.bloomberg.com/features/2015-the-edge-the-worlds-greenest-building/

https://www.archdaily.com/777498/BOSCO-VERTICALE-STEFANO-BOERI-ARCHITETTI

https://architectureau.com/articles/one-central-park/

https://visitabudhabi.ae/en/what-to-see/national-attractions/masdar-city

 

 

Sabtu, 25 November 2023

𝐀𝐑𝐒𝐈𝐓𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑 𝐕𝐄𝐑𝐍𝐀𝐊𝐔𝐋𝐀𝐑 - 2

1. Arsitektur Vernakular:

Arsitektur Vernakular adalah arsitektur yang mencerminkan adaptasi yang lebih khusus terhadap lingkungan fisik dan budaya suatu daerah. Desainnya sangat dipengaruhi oleh iklim, topografi, dan sumber daya lokal. Perbedaannya terletak pada kesesuaian desain dengan kebutuhan praktis dan budaya setempat, yang sering kali menghasilkan variasi yang signifikan antarwilayah.

 ➝  Karakteristik arsitektur vernakular:

·       Adaptasi terhadap iklim, topografi, dan sumber daya lokal.

·       Bahan bangunan yang diambil dari lingkungan sekitar.

·       Desain yang menyesuaikan dengan kebiasaan dan gaya hidup lokal.

·       Penggunaan teknologi konstruksi tradisional/tanpa bantuan arsitek.

 ➝  Contoh kasus:

·     Rumah Panggung di Betawi, Jakarta

Rumah panggung tradisional Betawi, Jakarta, adalah contoh arsitektur vernakular yang mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Dengan struktur bangunan diangkat di atas tiang-tiang, rumah ini melindungi dari banjir dan menciptakan ruang di bawah untuk kegiatan sehari-hari. Bahan bangunan yang digunakan, seperti kayu dan bambu, berasal dari sumber daya lokal yang melimpah.

·     Rumah Bubungan Tinggi di Kalimantan


Rumah Bubungan Tinggi di Kalimantan adalah contoh arsitektur vernakular yang sesuai dengan iklim tropis. Dengan atap yang tinggi dan ventilasi alami, rumah ini dirancang untuk memberikan pendinginan alami di bawah kondisi panas. Bahan bangunan yang digunakan, seperti kayu dan ijuk, mencerminkan ketersediaan sumber daya lokal.

 

2. Arsitektur Tradisional

Arsitektur tradisional mengacu pada gaya arsitektur yang telah ada selama beberapa generasi dan umumnya mencerminkan warisan budaya, nilai-nilai, dan tradisi masyarakat tertentu. Desainnya berkembang seiring waktu tetapi tetap erat terkait dengan tradisi yang telah ada selama berabad-abad. Ini mencakup penggunaan simbol-simbol dan elemen estetika yang diwarisi dari generasi ke generasi.

 ➝ Karakteristik arsitektur tradisional: 

  •   Keterkaitan erat dengan nilai-nilai budaya dan tradisi.
  •   Penggunaan bahan lokal yang mudah ditemukan.
  •   Desain yang berakar pada kebutuhan fungsional dan spiritual masyarakat.
  •   Warisan lokal tercermin dalam bentuk, ornamen, dan struktur.

 ➝ Contoh kasus:

·     Rumah Gadang di Sumatera Barat

Rumah Gadang adalah contoh yang sangat representatif dari arsitektur tradisional di Indonesia, khususnya di daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Rumah ini memiliki atap bergaya tanduk kerbau yang khas, yang mencerminkan kebudayaan dan struktur masyarakat matrilineal Minangkabau. Konstruksinya menggunakan kayu yang dipahat dengan indah, menciptakan ruang yang besar dan terbuka di dalamnya. Rumah Gadang bukan hanya sekedar tempat tinggal, tetapi juga merupakan simbol kekuatan dan identitas budaya masyarakat Minangkabau.

·     Candi Borobudur di Jawa Tengah

Candi Borobudur, Jawa Tengah. (sumber: superlive.id)

Candi Borobudur, yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, adalah monumen Buddha terbesar di dunia dan menjadi contoh arsitektur tradisional Jawa. Dibangun pada abad ke-9, candi ini menunjukkan pengaruh budaya India yang kuat. Strukturnya yang megah terdiri dari sembilan tingkat bertingkat, dihiasi dengan relief-relief yang menceritakan kehidupan Buddha. Candi Borobudur mencerminkan nilai-nilai spiritual dan kebijaksanaan yang mendalam dalam warisan budaya Indonesia.

 

3. Arsitektur Nusantara

Arsitektur Nusantara adalah ekspresi dari keberagaman budaya dan etnis di kepulauan Nusantara melibatkan kepulauan besar di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura. Ini mencakup berbagai gaya arsitektur yang unik untuk wilayah tersebut, menunjukkan kekayaan budaya yang berbeda di setiap pulau atau suku. Desainnya mencerminkan karakteristik lokal yang khas dan keanekaragaman tradisi yang melintasi kepulauan tersebut.

 ➝ Karakteristik arsitektur nusantara:

  •      Ekspresi keanekaragaman budaya dan etnis di Nusantara.
  •      Penggunaan bahan alami seperti kayu, bambu, dan batu.
  •      Bentuk arsitektur yang berkaitan dengan ritual keagamaan dan tata letak yang sesuai dengan         lingkungan.

 ➝ Contoh Kasus:

·     Rumah Adat Joglo di Yogyakarta, Jawa Tengah

Rumah Adat Joglo, Jawa Tengah. (sumber: gramedia.com)

Rumah Joglo adalah jenis arsitektur Nusantara yang khas di Jawa Tengah. Dengan atap limas tinggi dan kolom-kolom kayu yang indah, Joglo mencerminkan kekayaan budaya Jawa. Bangunan ini tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga simbol status dan identitas sosial di masyarakat Jawa.

·     Rumah Lumbung di Bali

Rumah Lumbung, Bali. (sumber: booking.com)

Rumah Lumbung di Bali adalah contoh arsitektur Nusantara yang unik. Dibangun sebagai gudang padi tradisional, rumah ini memiliki atap jerami yang khas dan bentuk yang dirancang untuk melindungi hasil pertanian dari hama dan cuaca. Desainnya mencerminkan hubungan erat dengan pertanian, keberlanjutan, dan kehidupan agraris di Bali.

 

REFERENSI:

https://www.gramedia.com/best-seller/arsitektur-vernakular/

https://www.arsitag.com/media/vernakular-adalah/

https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/disbuddki/news/2022/08/recognizing-betawi-stilt-house-rumah-panggung

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkalbar/rumah-bubungan-tinggi/

https://www.kompasiana.com/elmer12032/60018997d541df65695a9817/pentingnya-melestarikan-arsitektur-tradisional-di-indonesia

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsumbar/rumah-gadang/

https://www.kompas.com/stori/read/2021/11/03/140000679/sejarah-berdirinya-candi-borobudur

https://www.kompasiana.com/hamdi242002/63c0070811a3525e5711e3e5/perpaduan-arsitektur-nusantara-dan-arsitektur-modern

https://www.archify.com/id/archifynow/inspirasi-sejuk-dengan-rumah-joglo-modern

https://www.rumah.com/panduan-properti/mengenal-rumah-adat-bali-untuk-inspirasi-hunian-anda-13512

 


Kamis, 05 Oktober 2023

𝐁𝐀𝐇𝐀𝐒𝐀 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 - 2

 

BAHASA INDONESIA - (ARS 1241) KELAS C

Dosen Pengampu :  Steven Lintong, ST., M.Ars.

Nama / NIM        :  Rendy Marvel Rory / 220211020015

 

JENIS - JENIS PARAGRAF

a.  Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang kemudian dijelaskan dengan beberapa pernyataan khusus. Dengan kata lain, paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di awal paragraf.

Contoh:

"Pendidikan adalah kunci untuk memajukan masyarakat. Di negara-negara yang telah berhasil mengembangkan sistem pendidikan yang baik, angka kemiskinan cenderung menurun seiring dengan peningkatan angka melek huruf. Singapura, sebagai contoh yang paling menonjol, telah melihat penurunan signifikan dalam angka kemiskinan sejak fokus pada reformasi pendidikan dimulai pada tahun 1965. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa investasi dalam sistem pendidikan yang berkualitas adalah investasi jangka panjang yang dapat mengurangi kemiskinan dan mendorong kemajuan ekonomi."

Paragraf di atas dimulai dengan pernyataan umum bahwa pendidikan adalah kunci untuk memajukan masyarakat. Pernyataan tersebut diikuti oleh pernyataan yang lebih khusus tentang penurunan angka kemiskinan di negara-negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik. Akhirnya, kesimpulan diambil bahwa investasi dalam pendidikan yang berkualitas dapat mengurangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

b.    Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dari beberapa pernyataan khusus yang kemudian disimpulkan ke dalam sebuah pernyataan umum. Dengan kata lain, paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.

Contoh:

"Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard Medical School menunjukkan bahwa olahraga teratur memiliki dampak positif pada kesehatan mental. Partisipan dalam studi ini melaporkan tingkat stres yang lebih rendah dan peningkatan mood setelah berolahraga secara teratur selama enam bulan. Selain itu, sebagian besar dari mereka juga melaporkan peningkatan tingkat energi sehari-hari. Dari temuan ini, dapat disimpulkan bahwa olahraga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan mental dan emosional seseorang."

Paragraf di atas dimulai dengan penyajian fakta dan data spesifik dari sebuah studi tentang manfaat olahraga teratur terhadap kesehatan mental. Data-data ini kemudian digunakan untuk menghasilkan kesimpulan umum bahwa olahraga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan mental dan emosional seseorang.

c.     Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

Paragraf campuran adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang dijelaskan oleh beberapa pernyataan khusus dan kemudian diakhiri dengan menegaskan kembali pernyataan umum sebelumnya. Dengan kata lain, paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat/gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.

Contoh:

"Pendidikan adalah kunci untuk memajukan masyarakat. Dengan sistem pendidikan yang kuat, individu dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang. Contohnya, di Finlandia, pendidikan ditekankan sejak dini, dengan anak-anak menerima pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Hasilnya, Finlandia telah menjadi salah satu negara dengan tingkat melek huruf yang tinggi dan tingkat kemiskinan yang rendah. Oleh karena itu, investasi dalam sistem pendidikan yang kuat dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih maju."

Paragraf di atas dimulai dengan pernyataan umum bahwa pendidikan adalah kunci untuk memajukan masyarakat. Kemudian, paragraf tersebut memberikan contoh konkret tentang Finlandia untuk mendukung pernyataan umum tersebut, menggambarkan bagaimana sistem pendidikan yang kuat di sana telah membawa hasil positif dalam bentuk tingkat melek huruf yang tinggi dan tingkat kemiskinan yang rendah. Akhirnya, pernyataan umum bahwa investasi dalam sistem pendidikan yang kuat dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih maju ditegaskan kembali di akhir paragraf.

d.    Paragraf Tersirat

Paragraf tersirat adalah paragraf yang seluruh kalimatnya membangun satu gagasan utama. Artinya, seluruh kalimat dalam paragraf tersebut adalah kalimat utama. Sehingga, untuk menentukan gagasan utama paragraf tersirat kita harus menyimpulkan sendiri. Paragraf tersirat biasanya terdapat pada wacana-wacana yang bersifat deskriptif seperti pada karya sastra (cerpen, novel, dll).

Contoh:

"Malam itu, angin bertiup lembut dan bulan purnama menerangi langit. Di balik jendela kamarnya, gadis itu duduk sendiri dengan matanya menatap cakrawala. Saat dia merenung, kenangan tentang pertemuan pertamanya dengan pria itu kembali muncul. Senyum penuh makna dan kalimat-kalimat singkat yang mereka bagikan semasa pertemuan itu menggema di benaknya. Meskipun mereka berdua sudah berpisah, dia tahu bahwa kenangan itu akan selalu menyertainya dalam setiap langkah yang diambilnya."

 

Dalam paragraf ini, gagasan utama atau pesan tersirat adalah perasaan gadis itu terhadap pertemuan pertamanya dengan pria tersebut. Meskipun gagasan utamanya tidak diungkapkan secara eksplisit, pembaca dapat mengidentifikasinya dengan merenungkan isi paragraf secara keseluruhan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumat, 15 September 2023

𝐁𝐀𝐇𝐀𝐒𝐀 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 - 1

BAHASA INDONESIA - (ARS 1241) KELAS C

Dosen Pengampu :  Steven Lintong, ST., M.Ars.

Nama / NIM        :  Rendy Marvel Rory / 220211020015

 

A.     Definisi Bahasa

Bahasa adalah sistem komunikasi kompleks yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain. Ini melibatkan penggunaan suara, kata-kata, simbol, atau tanda-tanda lainnya untuk menghasilkan pesan yang dapat dipahami oleh penerima.

a.     Fungsi Bahasa

1.     Alat Komunikasi: Bahasa adalah alat utama komunikasi antarindividu. Melalui bahasa, orang dapat berbicara, mendengar, membaca, dan menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain.

2.     Alat Politis: Bahasa juga dapat digunakan untuk tujuan politis, seperti dalam pidato politik, dokumen hukum, dan perdebatan parlemen.

3.     Sarana untuk Menyerap dan Mengembangkan Pengetahuan: Bahasa adalah sarana utama untuk mengakses, menyimpan, dan menyebarkan pengetahuan. Dalam bahasa, orang dapat mempelajari ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.

4.     Salah Satu Faktor Pendukung Kemajuan Suatu Bangsa: Kemampuan sebuah bangsa untuk mengembangkan bahasanya sendiri dan memanfaatkannya untuk berbagai bidang dapat mendukung kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.

5.     Sarana Membuka Wawasan Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Bahasa memainkan peran penting dalam mengakses literatur, informasi, dan teknologi yang berkembang pesat di era modern.

6.     Memodernkan Bangsa dan Masyarakat: Bahasa dapat digunakan untuk membawa perubahan dan modernisasi dalam masyarakat melalui literasi, pendidikan, dan media massa.

 

b.     Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

·       Kamus Bahasa Indonesia: Langkah awal dalam pengembangan bahasa Indonesia adalah pembuatan kamus bahasa Indonesia. Salah satu kamus awal yang terkenal adalah kamus buatan E. Van Ophuijsen pada tahun 1901. Kamus ini membantu dalam merumuskan kosakata yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

·       Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947): Selain kamusnya, Van Ophuijsen juga mengusulkan ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Ejaan ini menjadi standar penulisan selama beberapa dekade hingga masa kemerdekaan.

·       Ejaan Republik/ Soewandi (1947-1972): Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Republik Indonesia mulai mencoba mengubah ejaan bahasa Indonesia untuk menciptakan identitas yang lebih jelas sebagai bangsa merdeka. Ejaan yang dikenal sebagai Ejaan Soewandi mulai diberlakukan pada tahun 1947. Hal ini mencakup perubahan dalam penulisan beberapa kata.

·       Ejaan Yang Disempurnakan (Mulai 16 Agustus 1972): Pada tanggal 16 Agustus 1972, ejaan bahasa Indonesia mengalami perubahan besar dengan diberlakukannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD bertujuan untuk lebih mendekatkan penulisan bahasa Indonesia kepada pelafalan yang sebenarnya.

·       Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952, 1982): Kamus-kamus bahasa Indonesia, seperti kamus Poerwadarminta, menjadi rujukan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Perubahan kosakata dan arti kata-kata tertentu tercatat dalam kamus ini.

·       Kamus Besar BI (PPPB, 1988, 1991): Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB) pada tahun 1988 dan 1991 menjadi acuan resmi untuk penggunaan kata-kata dan penulisan dalam bahasa Indonesia. KBBI terus diperbarui untuk mencerminkan perkembangan bahasa.

·       Berturut-turut Mengalami Perkembangan Melalui Kongres Bahasa Indonesia Hingga Sekarang: Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia yang diadakan secara berkala. Kongres ini menjadi wadah untuk merumuskan perubahan dan penyempurnaan bahasa, termasuk penambahan kosakata baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.

 

c.      Tantangan Perkembangan Bahasa Indonesia

1.     Pengaruh Bahasa Asing: Kemajuan teknologi dan globalisasi telah membawa banyak kata dan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, yang bisa mengancam keaslian bahasa dan identitas budaya.

2.     Variasi Regional: Bahasa Indonesia memiliki beragam dialek dan variasi regional yang harus diakomodasi agar tetap relevan dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat.

3.     Perubahan Budaya: Perubahan budaya dan nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia, yang harus terus beradaptasi dengan perubahan ini.

4.     Pendidikan: Kualitas pendidikan bahasa Indonesia dapat memengaruhi kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa secara benar dan efektif.

5.     Teknologi dan Media Sosial: Perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial mempengaruhi cara bahasa digunakan dan menyebarluaskan informasi, termasuk bahaya penyebaran informasi palsu dan penggunaan bahasa yang tidak baku.

B.     Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri sebagai kata tunggal atau digabungkan dengan kata-kata lain untuk membentuk kalimat yang lebih kompleks dan mempunyai makna. Kata-kata digunakan untuk mengungkapkan gagasan, konsep, atau ide dalam komunikasi. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsinya dalam kalimat.

Berikut adalah pengelompokan kata (berdasarkan tata bahasa baku bahasa Indonesia) :

a.     Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses. Biasanya berfungsi sebagai predikat.Verba terdiri atas: Kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menyatakan tindakan atau perbuatan. Kata ini biasanya menggambarkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat.

1.     Verba Asal: Merupakan kata kerja utama yang tidak mengalami perubahan bentuk dasar. Contoh: "makan," "minum," "main," "kerja," dsb.

2.     Verba Turunan: Merupakan kata kerja yang mengalami perubahan bentuk dengan menambahkan awalan atau akhiran. Contoh: "berjalan" (dengan awalan "ber-"), "menunggu" (dengan awalan "men-"), "mengerjakan" (dengan awalan "meng-"), dsb.

Bentuk Verba:

1.     Verba Reduplikasi/Berulang: Verba ini terbentuk dari pengulangan kata kerja untuk memberikan penekanan atau intensitas pada tindakan yang dilakukan. Contoh: "makan-makan," yang mengindikasikan tindakan makan yang dilakukan berulang kali dalam waktu tertentu. Contoh kalimat: “Mereka berlari-lari mengejar bus kota” yang menggambarkan tindakan berlari yang dilakukan berulang kali untuk mengejar bus.

2.     Verba Majemuk: Verba majemuk terbentuk dari penggabungan dua atau lebih kata yang bersama-sama membentuk makna tindakan tertentu. Contoh: "temu wicara," "terima kasih," "tanda tangan.". Contoh kalimat: “Surat itu sudah saya tanda tangani” yang menggunakan verba majemuk "tanda tangani" untuk menggambarkan tindakan memasukkan tanda tangan ke dalam surat.

3.     Verba Berpreposisi: Verba berpreposisi adalah verba intransitif yang memerlukan preposisi tertentu setelahnya untuk menyatakan hubungan dengan objek atau unsur lain dalam kalimat. Contoh: "tahu akan" (mengetahui tentang), "terdiri dari" (mengandung unsur-unsur), "bercerita tentang" (menceritakan mengenai). Contoh kalimat: "Bangunan ini terdiri dari beberapa lantai" yang menggunakan verba berpreposisi "terdiri dari” untuk menggambarkan tindakan menjelaskan komposisi bangunan yang terdiri dari beberapa lantai.

 

b.     Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kata yang digunakan untuk memberikan deskripsi atau karakteristik pada kata benda (nomina) dalam kalimat. Fungsi utama kata sifat adalah memberikan informasi tambahan tentang subjek kalimat atau benda yang dijelaskan.

Ciri-ciri:

1.     Dapat diberi keterangan pembanding

Kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa diberi keterangan pembanding untuk menggambarkan tingkat perbandingan antara dua benda atau lebih. Keterangan pembanding seperti "lebih," "kurang," "paling," dan sebagainya digunakan untuk membandingkan sifat antara benda-benda tersebut.

Contoh Kalimat:

   - Buku ini lebih tebal daripada buku itu.

   - Mobil baru ini adalah yang paling mahal di showroom.

 

2.     Dapat diberi keterangan penguat

Kata sifat juga bisa diberi keterangan penguat untuk menekankan atau memperkuat sifat yang diungkapkan. Keterangan penguat seperti "sangat," "amat," "bertar," "terlalu," dan sejenisnya digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas atau kekuatan sifat tersebut.

Contoh Kalimat:

   - Makanan di restoran ini sangat enak.

   - Dia amat bahagia atas prestasinya.

   - Harga tiket pesawat saat ini terlalu mahal.

 

3.     Dapat Ditambahi Kata Ingkar "Tidak"

Kata sifat juga dapat dibalik dengan menambahkan kata "tidak" untuk memberikan makna yang berlawanan. Hal ini digunakan untuk mengungkapkan negasi dari suatu sifat.

Contoh Kalimat:

   - Lukisan itu tidak indah menurut saya.

   - Suhu hari ini tidak terlalu panas.

 

c.      Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberikan informasi tambahan tentang kata kerja, kata sifat, atau kata lain dalam kalimat. Kata ini menjawab pertanyaan seperti bagaimana, kapan, di mana, seberapa, atau mengapa.

 

Ciri-ciri:

1.     Keterangan waktu: Digunakan untuk memberikan informasi tentang waktu tindakan atau peristiwa terjadi seperti, "sejak," "ketika," "sekarang," "besok."

Contoh: Saya akan pergi ke dokter besok.

2.     Keterangan tempat: Mengindikasikan lokasi atau tempat tindakan atau peristiwa terjadi seperti, "di sana," "ke sini," "dari."

Contoh: Mereka bermain di taman itu.

3.     Keterangan tujuan: Digunakan untuk menjelaskan tujuan atau maksud dari tindakan atau peristiwa, seperti, "agar," "supaya," "demi," "untuk."

Contoh: Saya belajar keras agar bisa lulus ujian.

4.     Keterangan cara: Memberikan informasi tentang cara atau metode tindakan dilakukan, seperti, "dengan sekuat-kuatnya," "secara hati-hati."

Contoh: Dia menggambar dengan hati-hati.

5.     Keterangan Penyertaan: Menunjukkan orang atau benda yang turut serta dalam tindakan atau peristiwa.

Contoh: Saya pergi ke pesta bersama sahabat.

6.     Keterangan alat: Mengindikasikan alat atau sarana yang digunakan dalam tindakan atau peristiwa.

Contoh: Dia membuka kotak itu dengan gunting.

7.     Keterangan kemiripan: Digunakan untuk membandingkan atau menyamakan dua hal atau orang.

Contoh: Wajahnya seperti bunga.

8.     Keterangan sebab: Menunjukkan alasan atau sebab dari tindakan atau peristiwa.

Contoh: Dia sakit karena cuaca buruk.

9.     Keterangan saling: Menunjukkan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

Contoh: Mereka mendukung satu sama lain.

 

d.     Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah kata yang mengacu pada benda konkret (contoh: meja, buku) atau abstrak (contoh: demokrasi, kehendak, peraturan). Kata benda dapat berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap.

Golongan Nomina:

1.     Pronomina:

Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda, kata ganti, atau kata keterangan lainnya. Pronomina digunakan untuk menghindari pengulangan kata benda yang sama dalam kalimat. Contoh pronomina dalam bahasa Indonesia antara lain "saya," "dia," "mereka," "itu," "ini," dan lain-lain.

Contoh kalimat:

·       Saya pergi ke toko.

·       Dia membaca buku.

·       Mereka sedang makan siang.

·       Apa itu? Ini adalah kunci rumah.

2.     Numeralia:

Numeralia adalah kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau urutan suatu benda atau orang dalam suatu kelompok. Numeralia dibagi menjadi dua jenis, yaitu numeralia kardinal (menyatakan jumlah) dan numeralia ordinal (menyatakan urutan).

a)     Numeralia kardinal: Menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu benda atau orang. Contoh numeralia kardinal dalam bahasa Indonesia antara lain "satu," "dua," "tiga," "sepuluh," "seratus.

Contoh kalimat:

·       Saya memiliki dua anak.

·       Dia membeli lima apel.

·       Rumah ini memiliki sepuluh kamar.

b)     Numeralia ordinal: Menunjukkan urutan suatu benda atau orang dalam suatu rangkaian atau kumpulan. Contoh numeralia ordinal dalam bahasa Indonesia antara lain "pertama," "kedua," "ketiga," "kesepuluh," "keduabelas."

Contoh kalimat:

·       Dia adalah pemenang pertama dalam perlombaan.

·       Mobil kedua di garasi adalah milik saya.

·       Hari ini adalah ulang tahun yang ketiga bagi anak kami.

 

e.      Kata Tugas (Partikel)

Kata tugas, atau partikel, adalah kata-kata dengan peran khusus dalam kalimat, meskipun maknanya tidak kuat. Berfungsi menghubungkan kata-kata, mengindikasikan hubungan waktu, tempat, penyebab, atau nuansa dalam komunikasi.

1.     Kata Depan (Preposisi): Digunakan untuk mengindikasikan hubungan antara suatu benda atau kata dengan benda atau kata lain dalam kalimat, seperti "di," "ke," "dari."

Contoh kalimat: Saya pergi ke sekolah setiap pagi.

2.     Kata Sambung (Konjungsi): Digunakan untuk menghubungkan kata, frasa, atau klausa dalam kalimat seperti, "dan," "tetapi," "atau." 

Contoh Kalimat: Dia lelah, tetapi dia tetap bekerja keras.

3.     Kata Seru (Interjeksi): Digunakan untuk mengekspresikan emosi atau perasaan seperti kaget, senang, atau kecewa, seperti "aduh," "wah," "ayo," "astaga."

Contoh Kalimat: Aduh, saya jatuh!

4.     Kata Sandang (Artikel):  Digunakan sebelum kata benda untuk menunjukkan apakah kata benda tersebut spesifik (tertentu) atau umum (tidak tentu), seperti "sang," "si," "para."

Contoh Kalimat: Dia adalah si penulis terkenal.

5.     Partikel: Partikel adalah unsur terkecil dalam bahasa yang digunakan untuk memberikan nuansa atau perubahan makna dalam kalimat, seperti "-lah," "-kah," "-tah," "pun."

Contoh Kalimat: "Tolong buka pintu lah."

 

C.     Kalimat

Kalimat adalah rangkaian kata yang membentuk suatu pikiran atau gagasan yang lengkap dan dapat berdiri sendiri. Kalimat adalah unit dasar dalam bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Kalimat terdiri dari dua unsur utama yaitu, subjek dan predikat.  Subjek adalah apa atau siapa yang menjadi fokus kalimat, sedangkan predikat adalah apa yang subjek lakukan atau alami.

Kalimat adalah unit bahasa tertulis atau lisan yang terdiri dari satu atau lebih kata yang mengungkapkan suatu gagasan atau pikiran lengkap. Setiap kalimat memiliki unsur penting, yaitu subjek (yang melakukan tindakan) dan predikat (tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subjek).

 

a.       Jenis-jenis Kalimat:

Ada beberapa jenis kalimat berdasarkan fungsinya dan strukturnya. Berikut beberapa jenis kalimat utama:

1.       Kalimat Deklaratif: Digunakan untuk menyampaikan pernyataan atau informasi. Contohnya: "Saya suka makan pizza."

2.       Kalimat Interogatif: Digunakan untuk bertanya. Ada dua jenis kalimat interogatif, yaitu kalimat interogatif tanya ya/tidak dan kalimat interogatif tanya kata tanya. Contoh kalimat interogatif tanya ya/tidak: "Apakah kamu lapar?" Contoh kalimat interogatif tanya kata tanya: "Siapa yang memenangkan perlombaan?"

3.       Kalimat Imperatif: Digunakan untuk memberikan perintah, nasihat, atau instruksi. Contohnya: "Tutup pintu itu!"

4.       Kalimat Eksklamatif: Digunakan untuk menyampaikan perasaan atau emosi yang kuat. Contohnya: "Wow, itu sangat mengesankan!"

 

 

b.       Pola Kalimat:

Pola kalimat mengacu pada struktur umum yang digunakan untuk membangun kalimat. Beberapa pola kalimat dasar meliputi:

1.       Kalimat Sederhana: Terdiri dari satu klausa independen yang mencakup subjek dan predikat. Contohnya: "Dia pergi ke sekolah."

2.       Kalimat Majemuk: Terdiri dari dua atau lebih klausa independen yang dihubungkan dengan konjungsi (seperti "dan," "atau," "tetapi"). Contohnya: "Dia pergi ke sekolah, dan temannya pergi ke taman."

3.       Kalimat Lengkung: Terdiri dari satu klausa independen dan satu atau lebih klausa dependen. Klausa dependen tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat yang lengkap dan bergantung pada klausa independen. Contohnya: "Saat dia pergi ke sekolah, dia membawa buku."

 

c.        Struktur Kalimat:

Selain subjek dan predikat, kalimat juga dapat mengandung objek (yang menerima tindakan predikat), pelengkap (yang memberikan informasi tambahan tentang subjek atau objek), dan berbagai unsur lainnya yang memberikan detail kepada kalimat.

 

D.     Paragraf

Paragraf adalah unit terkecil dalam penulisan yang terdiri dari satu atau lebih kalimat yang terkait erat dan membentuk satu kesatuan pikiran atau gagasan. Paragraf digunakan untuk mengorganisir dan mengelompokkan ide-ide terkait dalam tulisan agar lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

Paragraf yang baik adalah paragraf yang terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi dasar pengembangan paragraf tersebut. Dalam kalimat utamalah, biasanya terdapat gagasan utama paragraf tersebut. Sedangkan kalimat penjelas berfungsi untuk menjabarkan gagasan yang terdapat dalam kalimat utama. Jenis paragraf (berdasarkan kalimat utamanya) terdiri dari 4, yaitu sebagai berikut:

a.   Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang kemudian dijelaskan dengan beberapa pernyataan khusus. Dengan kata lain, paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di awal paragraf.

Contoh:

Benda cagar budaya di Indonesia menjadi incaran kolektor. Salah satu benda tersebut adalah arca Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila dengan kedua telapak tangan di atas paha. Benda seni tersebut tergolong barang dagangan yang harganya tak ternilai. Penawaran sempat dibuka dengan harga US$ 300.000 atau sekitar tiga miliar rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan Balai Lelang Christie’s di New York.

b.     Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dari beberapa pernyataan khusus yang kemudian disimpulkan ke dalam sebuah pernyataan umum. Dengan kata lain, paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.

Contoh:

Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern.

c.      Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

Paragraf campuran adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang dijelaskan oleh beberapa pernyataan khusus dan kemudian diakhiri dengan menegaskan kembali pernyataan umum sebelumnya. Dengan kata lain, paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat/gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.

Contoh:

Benda cagar budaya di Indonesia menjadi incaran kolektor. Salah satu benda tersebut adalah arca Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila dengan kedua telapak tangan di atas paha. Benda seni tersebut tergolong barang dagangan yang harganya tak ternilai. Penawaran sempat dibuka dengan harga US$ 300.000 atau sekitar tiga miliar rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan Balai Lelang Christie’s di New York. Hal ini membuktikan bahwa benda peninggalan sejarah bangsa Indonesia banyak diburu oleh para kolektor.

d.     Paragraf Tersirat

Paragraf tersirat adalah paragraf yang seluruh kalimatnya membangun satu gagasan utama. Artinya, seluruh kalimat dalam paragraf tersebut adalah kalimat utama. Sehingga, untuk menentukan gagasan utama paragraf tersirat kita harus menyimpulkan sendiri. Paragraf tersirat biasanya terdapat pada wacana-wacana yang bersifat deskriptif seperti pada karya sastra (cerpen, novel, dll).

Contoh:

Desa itu tidak indah, nyaris buruk, dan ternyata juga tidak makmur dan subur. Mereka semakin terkejut lagi waktu menemukan rumah Mbok Jah. Kecil, miring, dan terbuat dari gedek, dan kayu murahan. Tegalan yang selalu diceritakan ditanami dengan palawija nyaris gundul tidak ada apa-apanya.

Gagasan utama paragraf tersebut adalah “Keadaan/kondisi tempat tinggal Mbok Jah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Bangunan Pintar

  Definisi Arsitektur Pintar Arsitektur pintar adalah konsep perancangan bangunan yang mengintegrasikan teknologi canggih untuk menciptakan ...