Jumat, 15 September 2023

𝐁𝐀𝐇𝐀𝐒𝐀 𝐈𝐍𝐃𝐎𝐍𝐄𝐒𝐈𝐀 - 1

BAHASA INDONESIA - (ARS 1241) KELAS C

Dosen Pengampu :  Steven Lintong, ST., M.Ars.

Nama / NIM        :  Rendy Marvel Rory / 220211020015

 

A.     Definisi Bahasa

Bahasa adalah sistem komunikasi kompleks yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain. Ini melibatkan penggunaan suara, kata-kata, simbol, atau tanda-tanda lainnya untuk menghasilkan pesan yang dapat dipahami oleh penerima.

a.     Fungsi Bahasa

1.     Alat Komunikasi: Bahasa adalah alat utama komunikasi antarindividu. Melalui bahasa, orang dapat berbicara, mendengar, membaca, dan menulis untuk berkomunikasi dengan orang lain.

2.     Alat Politis: Bahasa juga dapat digunakan untuk tujuan politis, seperti dalam pidato politik, dokumen hukum, dan perdebatan parlemen.

3.     Sarana untuk Menyerap dan Mengembangkan Pengetahuan: Bahasa adalah sarana utama untuk mengakses, menyimpan, dan menyebarkan pengetahuan. Dalam bahasa, orang dapat mempelajari ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.

4.     Salah Satu Faktor Pendukung Kemajuan Suatu Bangsa: Kemampuan sebuah bangsa untuk mengembangkan bahasanya sendiri dan memanfaatkannya untuk berbagai bidang dapat mendukung kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.

5.     Sarana Membuka Wawasan Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Bahasa memainkan peran penting dalam mengakses literatur, informasi, dan teknologi yang berkembang pesat di era modern.

6.     Memodernkan Bangsa dan Masyarakat: Bahasa dapat digunakan untuk membawa perubahan dan modernisasi dalam masyarakat melalui literasi, pendidikan, dan media massa.

 

b.     Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

·       Kamus Bahasa Indonesia: Langkah awal dalam pengembangan bahasa Indonesia adalah pembuatan kamus bahasa Indonesia. Salah satu kamus awal yang terkenal adalah kamus buatan E. Van Ophuijsen pada tahun 1901. Kamus ini membantu dalam merumuskan kosakata yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

·       Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947): Selain kamusnya, Van Ophuijsen juga mengusulkan ejaan yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Ejaan ini menjadi standar penulisan selama beberapa dekade hingga masa kemerdekaan.

·       Ejaan Republik/ Soewandi (1947-1972): Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Republik Indonesia mulai mencoba mengubah ejaan bahasa Indonesia untuk menciptakan identitas yang lebih jelas sebagai bangsa merdeka. Ejaan yang dikenal sebagai Ejaan Soewandi mulai diberlakukan pada tahun 1947. Hal ini mencakup perubahan dalam penulisan beberapa kata.

·       Ejaan Yang Disempurnakan (Mulai 16 Agustus 1972): Pada tanggal 16 Agustus 1972, ejaan bahasa Indonesia mengalami perubahan besar dengan diberlakukannya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD bertujuan untuk lebih mendekatkan penulisan bahasa Indonesia kepada pelafalan yang sebenarnya.

·       Kamus Umum BI (Poerwadarminta, 1952, 1982): Kamus-kamus bahasa Indonesia, seperti kamus Poerwadarminta, menjadi rujukan penting dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Perubahan kosakata dan arti kata-kata tertentu tercatat dalam kamus ini.

·       Kamus Besar BI (PPPB, 1988, 1991): Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB) pada tahun 1988 dan 1991 menjadi acuan resmi untuk penggunaan kata-kata dan penulisan dalam bahasa Indonesia. KBBI terus diperbarui untuk mencerminkan perkembangan bahasa.

·       Berturut-turut Mengalami Perkembangan Melalui Kongres Bahasa Indonesia Hingga Sekarang: Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia yang diadakan secara berkala. Kongres ini menjadi wadah untuk merumuskan perubahan dan penyempurnaan bahasa, termasuk penambahan kosakata baru yang sesuai dengan perkembangan zaman.

 

c.      Tantangan Perkembangan Bahasa Indonesia

1.     Pengaruh Bahasa Asing: Kemajuan teknologi dan globalisasi telah membawa banyak kata dan istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, yang bisa mengancam keaslian bahasa dan identitas budaya.

2.     Variasi Regional: Bahasa Indonesia memiliki beragam dialek dan variasi regional yang harus diakomodasi agar tetap relevan dan digunakan oleh semua lapisan masyarakat.

3.     Perubahan Budaya: Perubahan budaya dan nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi penggunaan bahasa Indonesia, yang harus terus beradaptasi dengan perubahan ini.

4.     Pendidikan: Kualitas pendidikan bahasa Indonesia dapat memengaruhi kemampuan masyarakat dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa secara benar dan efektif.

5.     Teknologi dan Media Sosial: Perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial mempengaruhi cara bahasa digunakan dan menyebarluaskan informasi, termasuk bahaya penyebaran informasi palsu dan penggunaan bahasa yang tidak baku.

B.     Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri sebagai kata tunggal atau digabungkan dengan kata-kata lain untuk membentuk kalimat yang lebih kompleks dan mempunyai makna. Kata-kata digunakan untuk mengungkapkan gagasan, konsep, atau ide dalam komunikasi. Dalam bahasa Indonesia, kata-kata dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsinya dalam kalimat.

Berikut adalah pengelompokan kata (berdasarkan tata bahasa baku bahasa Indonesia) :

a.     Kata Kerja (Verba)

Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses. Biasanya berfungsi sebagai predikat.Verba terdiri atas: Kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menyatakan tindakan atau perbuatan. Kata ini biasanya menggambarkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam kalimat.

1.     Verba Asal: Merupakan kata kerja utama yang tidak mengalami perubahan bentuk dasar. Contoh: "makan," "minum," "main," "kerja," dsb.

2.     Verba Turunan: Merupakan kata kerja yang mengalami perubahan bentuk dengan menambahkan awalan atau akhiran. Contoh: "berjalan" (dengan awalan "ber-"), "menunggu" (dengan awalan "men-"), "mengerjakan" (dengan awalan "meng-"), dsb.

Bentuk Verba:

1.     Verba Reduplikasi/Berulang: Verba ini terbentuk dari pengulangan kata kerja untuk memberikan penekanan atau intensitas pada tindakan yang dilakukan. Contoh: "makan-makan," yang mengindikasikan tindakan makan yang dilakukan berulang kali dalam waktu tertentu. Contoh kalimat: “Mereka berlari-lari mengejar bus kota” yang menggambarkan tindakan berlari yang dilakukan berulang kali untuk mengejar bus.

2.     Verba Majemuk: Verba majemuk terbentuk dari penggabungan dua atau lebih kata yang bersama-sama membentuk makna tindakan tertentu. Contoh: "temu wicara," "terima kasih," "tanda tangan.". Contoh kalimat: “Surat itu sudah saya tanda tangani” yang menggunakan verba majemuk "tanda tangani" untuk menggambarkan tindakan memasukkan tanda tangan ke dalam surat.

3.     Verba Berpreposisi: Verba berpreposisi adalah verba intransitif yang memerlukan preposisi tertentu setelahnya untuk menyatakan hubungan dengan objek atau unsur lain dalam kalimat. Contoh: "tahu akan" (mengetahui tentang), "terdiri dari" (mengandung unsur-unsur), "bercerita tentang" (menceritakan mengenai). Contoh kalimat: "Bangunan ini terdiri dari beberapa lantai" yang menggunakan verba berpreposisi "terdiri dari” untuk menggambarkan tindakan menjelaskan komposisi bangunan yang terdiri dari beberapa lantai.

 

b.     Kata Sifat (Adjektiva)

Kata sifat adalah kata yang digunakan untuk memberikan deskripsi atau karakteristik pada kata benda (nomina) dalam kalimat. Fungsi utama kata sifat adalah memberikan informasi tambahan tentang subjek kalimat atau benda yang dijelaskan.

Ciri-ciri:

1.     Dapat diberi keterangan pembanding

Kata sifat dalam bahasa Indonesia bisa diberi keterangan pembanding untuk menggambarkan tingkat perbandingan antara dua benda atau lebih. Keterangan pembanding seperti "lebih," "kurang," "paling," dan sebagainya digunakan untuk membandingkan sifat antara benda-benda tersebut.

Contoh Kalimat:

   - Buku ini lebih tebal daripada buku itu.

   - Mobil baru ini adalah yang paling mahal di showroom.

 

2.     Dapat diberi keterangan penguat

Kata sifat juga bisa diberi keterangan penguat untuk menekankan atau memperkuat sifat yang diungkapkan. Keterangan penguat seperti "sangat," "amat," "bertar," "terlalu," dan sejenisnya digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas atau kekuatan sifat tersebut.

Contoh Kalimat:

   - Makanan di restoran ini sangat enak.

   - Dia amat bahagia atas prestasinya.

   - Harga tiket pesawat saat ini terlalu mahal.

 

3.     Dapat Ditambahi Kata Ingkar "Tidak"

Kata sifat juga dapat dibalik dengan menambahkan kata "tidak" untuk memberikan makna yang berlawanan. Hal ini digunakan untuk mengungkapkan negasi dari suatu sifat.

Contoh Kalimat:

   - Lukisan itu tidak indah menurut saya.

   - Suhu hari ini tidak terlalu panas.

 

c.      Kata Keterangan (Adverbia)

Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberikan informasi tambahan tentang kata kerja, kata sifat, atau kata lain dalam kalimat. Kata ini menjawab pertanyaan seperti bagaimana, kapan, di mana, seberapa, atau mengapa.

 

Ciri-ciri:

1.     Keterangan waktu: Digunakan untuk memberikan informasi tentang waktu tindakan atau peristiwa terjadi seperti, "sejak," "ketika," "sekarang," "besok."

Contoh: Saya akan pergi ke dokter besok.

2.     Keterangan tempat: Mengindikasikan lokasi atau tempat tindakan atau peristiwa terjadi seperti, "di sana," "ke sini," "dari."

Contoh: Mereka bermain di taman itu.

3.     Keterangan tujuan: Digunakan untuk menjelaskan tujuan atau maksud dari tindakan atau peristiwa, seperti, "agar," "supaya," "demi," "untuk."

Contoh: Saya belajar keras agar bisa lulus ujian.

4.     Keterangan cara: Memberikan informasi tentang cara atau metode tindakan dilakukan, seperti, "dengan sekuat-kuatnya," "secara hati-hati."

Contoh: Dia menggambar dengan hati-hati.

5.     Keterangan Penyertaan: Menunjukkan orang atau benda yang turut serta dalam tindakan atau peristiwa.

Contoh: Saya pergi ke pesta bersama sahabat.

6.     Keterangan alat: Mengindikasikan alat atau sarana yang digunakan dalam tindakan atau peristiwa.

Contoh: Dia membuka kotak itu dengan gunting.

7.     Keterangan kemiripan: Digunakan untuk membandingkan atau menyamakan dua hal atau orang.

Contoh: Wajahnya seperti bunga.

8.     Keterangan sebab: Menunjukkan alasan atau sebab dari tindakan atau peristiwa.

Contoh: Dia sakit karena cuaca buruk.

9.     Keterangan saling: Menunjukkan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

Contoh: Mereka mendukung satu sama lain.

 

d.     Kata Benda (Nomina)

Kata benda adalah kata yang mengacu pada benda konkret (contoh: meja, buku) atau abstrak (contoh: demokrasi, kehendak, peraturan). Kata benda dapat berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap.

Golongan Nomina:

1.     Pronomina:

Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda, kata ganti, atau kata keterangan lainnya. Pronomina digunakan untuk menghindari pengulangan kata benda yang sama dalam kalimat. Contoh pronomina dalam bahasa Indonesia antara lain "saya," "dia," "mereka," "itu," "ini," dan lain-lain.

Contoh kalimat:

·       Saya pergi ke toko.

·       Dia membaca buku.

·       Mereka sedang makan siang.

·       Apa itu? Ini adalah kunci rumah.

2.     Numeralia:

Numeralia adalah kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau urutan suatu benda atau orang dalam suatu kelompok. Numeralia dibagi menjadi dua jenis, yaitu numeralia kardinal (menyatakan jumlah) dan numeralia ordinal (menyatakan urutan).

a)     Numeralia kardinal: Menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu benda atau orang. Contoh numeralia kardinal dalam bahasa Indonesia antara lain "satu," "dua," "tiga," "sepuluh," "seratus.

Contoh kalimat:

·       Saya memiliki dua anak.

·       Dia membeli lima apel.

·       Rumah ini memiliki sepuluh kamar.

b)     Numeralia ordinal: Menunjukkan urutan suatu benda atau orang dalam suatu rangkaian atau kumpulan. Contoh numeralia ordinal dalam bahasa Indonesia antara lain "pertama," "kedua," "ketiga," "kesepuluh," "keduabelas."

Contoh kalimat:

·       Dia adalah pemenang pertama dalam perlombaan.

·       Mobil kedua di garasi adalah milik saya.

·       Hari ini adalah ulang tahun yang ketiga bagi anak kami.

 

e.      Kata Tugas (Partikel)

Kata tugas, atau partikel, adalah kata-kata dengan peran khusus dalam kalimat, meskipun maknanya tidak kuat. Berfungsi menghubungkan kata-kata, mengindikasikan hubungan waktu, tempat, penyebab, atau nuansa dalam komunikasi.

1.     Kata Depan (Preposisi): Digunakan untuk mengindikasikan hubungan antara suatu benda atau kata dengan benda atau kata lain dalam kalimat, seperti "di," "ke," "dari."

Contoh kalimat: Saya pergi ke sekolah setiap pagi.

2.     Kata Sambung (Konjungsi): Digunakan untuk menghubungkan kata, frasa, atau klausa dalam kalimat seperti, "dan," "tetapi," "atau." 

Contoh Kalimat: Dia lelah, tetapi dia tetap bekerja keras.

3.     Kata Seru (Interjeksi): Digunakan untuk mengekspresikan emosi atau perasaan seperti kaget, senang, atau kecewa, seperti "aduh," "wah," "ayo," "astaga."

Contoh Kalimat: Aduh, saya jatuh!

4.     Kata Sandang (Artikel):  Digunakan sebelum kata benda untuk menunjukkan apakah kata benda tersebut spesifik (tertentu) atau umum (tidak tentu), seperti "sang," "si," "para."

Contoh Kalimat: Dia adalah si penulis terkenal.

5.     Partikel: Partikel adalah unsur terkecil dalam bahasa yang digunakan untuk memberikan nuansa atau perubahan makna dalam kalimat, seperti "-lah," "-kah," "-tah," "pun."

Contoh Kalimat: "Tolong buka pintu lah."

 

C.     Kalimat

Kalimat adalah rangkaian kata yang membentuk suatu pikiran atau gagasan yang lengkap dan dapat berdiri sendiri. Kalimat adalah unit dasar dalam bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Kalimat terdiri dari dua unsur utama yaitu, subjek dan predikat.  Subjek adalah apa atau siapa yang menjadi fokus kalimat, sedangkan predikat adalah apa yang subjek lakukan atau alami.

Kalimat adalah unit bahasa tertulis atau lisan yang terdiri dari satu atau lebih kata yang mengungkapkan suatu gagasan atau pikiran lengkap. Setiap kalimat memiliki unsur penting, yaitu subjek (yang melakukan tindakan) dan predikat (tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh subjek).

 

a.       Jenis-jenis Kalimat:

Ada beberapa jenis kalimat berdasarkan fungsinya dan strukturnya. Berikut beberapa jenis kalimat utama:

1.       Kalimat Deklaratif: Digunakan untuk menyampaikan pernyataan atau informasi. Contohnya: "Saya suka makan pizza."

2.       Kalimat Interogatif: Digunakan untuk bertanya. Ada dua jenis kalimat interogatif, yaitu kalimat interogatif tanya ya/tidak dan kalimat interogatif tanya kata tanya. Contoh kalimat interogatif tanya ya/tidak: "Apakah kamu lapar?" Contoh kalimat interogatif tanya kata tanya: "Siapa yang memenangkan perlombaan?"

3.       Kalimat Imperatif: Digunakan untuk memberikan perintah, nasihat, atau instruksi. Contohnya: "Tutup pintu itu!"

4.       Kalimat Eksklamatif: Digunakan untuk menyampaikan perasaan atau emosi yang kuat. Contohnya: "Wow, itu sangat mengesankan!"

 

 

b.       Pola Kalimat:

Pola kalimat mengacu pada struktur umum yang digunakan untuk membangun kalimat. Beberapa pola kalimat dasar meliputi:

1.       Kalimat Sederhana: Terdiri dari satu klausa independen yang mencakup subjek dan predikat. Contohnya: "Dia pergi ke sekolah."

2.       Kalimat Majemuk: Terdiri dari dua atau lebih klausa independen yang dihubungkan dengan konjungsi (seperti "dan," "atau," "tetapi"). Contohnya: "Dia pergi ke sekolah, dan temannya pergi ke taman."

3.       Kalimat Lengkung: Terdiri dari satu klausa independen dan satu atau lebih klausa dependen. Klausa dependen tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat yang lengkap dan bergantung pada klausa independen. Contohnya: "Saat dia pergi ke sekolah, dia membawa buku."

 

c.        Struktur Kalimat:

Selain subjek dan predikat, kalimat juga dapat mengandung objek (yang menerima tindakan predikat), pelengkap (yang memberikan informasi tambahan tentang subjek atau objek), dan berbagai unsur lainnya yang memberikan detail kepada kalimat.

 

D.     Paragraf

Paragraf adalah unit terkecil dalam penulisan yang terdiri dari satu atau lebih kalimat yang terkait erat dan membentuk satu kesatuan pikiran atau gagasan. Paragraf digunakan untuk mengorganisir dan mengelompokkan ide-ide terkait dalam tulisan agar lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

Paragraf yang baik adalah paragraf yang terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi dasar pengembangan paragraf tersebut. Dalam kalimat utamalah, biasanya terdapat gagasan utama paragraf tersebut. Sedangkan kalimat penjelas berfungsi untuk menjabarkan gagasan yang terdapat dalam kalimat utama. Jenis paragraf (berdasarkan kalimat utamanya) terdiri dari 4, yaitu sebagai berikut:

a.   Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang kemudian dijelaskan dengan beberapa pernyataan khusus. Dengan kata lain, paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di awal paragraf.

Contoh:

Benda cagar budaya di Indonesia menjadi incaran kolektor. Salah satu benda tersebut adalah arca Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila dengan kedua telapak tangan di atas paha. Benda seni tersebut tergolong barang dagangan yang harganya tak ternilai. Penawaran sempat dibuka dengan harga US$ 300.000 atau sekitar tiga miliar rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan Balai Lelang Christie’s di New York.

b.     Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang dikembangkan dari beberapa pernyataan khusus yang kemudian disimpulkan ke dalam sebuah pernyataan umum. Dengan kata lain, paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.

Contoh:

Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern, syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal 2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi, memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern.

c.      Paragraf Campuran (Deduktif-Induktif)

Paragraf campuran adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang dijelaskan oleh beberapa pernyataan khusus dan kemudian diakhiri dengan menegaskan kembali pernyataan umum sebelumnya. Dengan kata lain, paragraf campuran adalah paragraf yang kalimat/gagasan utamanya terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.

Contoh:

Benda cagar budaya di Indonesia menjadi incaran kolektor. Salah satu benda tersebut adalah arca Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila dengan kedua telapak tangan di atas paha. Benda seni tersebut tergolong barang dagangan yang harganya tak ternilai. Penawaran sempat dibuka dengan harga US$ 300.000 atau sekitar tiga miliar rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan Balai Lelang Christie’s di New York. Hal ini membuktikan bahwa benda peninggalan sejarah bangsa Indonesia banyak diburu oleh para kolektor.

d.     Paragraf Tersirat

Paragraf tersirat adalah paragraf yang seluruh kalimatnya membangun satu gagasan utama. Artinya, seluruh kalimat dalam paragraf tersebut adalah kalimat utama. Sehingga, untuk menentukan gagasan utama paragraf tersirat kita harus menyimpulkan sendiri. Paragraf tersirat biasanya terdapat pada wacana-wacana yang bersifat deskriptif seperti pada karya sastra (cerpen, novel, dll).

Contoh:

Desa itu tidak indah, nyaris buruk, dan ternyata juga tidak makmur dan subur. Mereka semakin terkejut lagi waktu menemukan rumah Mbok Jah. Kecil, miring, dan terbuat dari gedek, dan kayu murahan. Tegalan yang selalu diceritakan ditanami dengan palawija nyaris gundul tidak ada apa-apanya.

Gagasan utama paragraf tersebut adalah “Keadaan/kondisi tempat tinggal Mbok Jah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Bangunan Pintar

  Definisi Arsitektur Pintar Arsitektur pintar adalah konsep perancangan bangunan yang mengintegrasikan teknologi canggih untuk menciptakan ...