BAHASA
INDONESIA - (ARS 1241) KELAS C
Dosen
Pengampu :
Steven Lintong, ST., M.Ars.
Nama
/ NIM : Rendy Marvel Rory / 220211020015
A. Definisi Bahasa
Bahasa
adalah sistem komunikasi kompleks yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan ide, gagasan, perasaan, dan informasi kepada orang lain. Ini
melibatkan penggunaan suara, kata-kata, simbol, atau tanda-tanda lainnya untuk
menghasilkan pesan yang dapat dipahami oleh penerima.
a.
Fungsi
Bahasa
1.
Alat
Komunikasi: Bahasa adalah alat utama komunikasi antarindividu. Melalui bahasa,
orang dapat berbicara, mendengar, membaca, dan menulis untuk berkomunikasi
dengan orang lain.
2.
Alat
Politis: Bahasa juga dapat digunakan untuk tujuan politis, seperti dalam pidato
politik, dokumen hukum, dan perdebatan parlemen.
3.
Sarana
untuk Menyerap dan Mengembangkan Pengetahuan: Bahasa adalah sarana utama untuk
mengakses, menyimpan, dan menyebarkan pengetahuan. Dalam bahasa, orang dapat
mempelajari ilmu pengetahuan, seni, dan budaya.
4.
Salah
Satu Faktor Pendukung Kemajuan Suatu Bangsa: Kemampuan sebuah bangsa untuk
mengembangkan bahasanya sendiri dan memanfaatkannya untuk berbagai bidang dapat
mendukung kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya.
5.
Sarana
Membuka Wawasan Terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Bahasa memainkan peran
penting dalam mengakses literatur, informasi, dan teknologi yang berkembang
pesat di era modern.
6.
Memodernkan
Bangsa dan Masyarakat: Bahasa dapat digunakan untuk membawa perubahan dan
modernisasi dalam masyarakat melalui literasi, pendidikan, dan media massa.
b.
Sejarah
Perkembangan Bahasa Indonesia
·
Kamus
Bahasa Indonesia: Langkah awal dalam pengembangan bahasa Indonesia adalah
pembuatan kamus bahasa Indonesia. Salah satu kamus awal yang terkenal adalah
kamus buatan E. Van Ophuijsen pada tahun 1901. Kamus ini membantu dalam
merumuskan kosakata yang digunakan dalam bahasa Indonesia.
·
Ejaan Van
Ophuijsen (1901-1947): Selain kamusnya, Van Ophuijsen juga mengusulkan ejaan
yang digunakan dalam bahasa Indonesia. Ejaan ini menjadi standar penulisan
selama beberapa dekade hingga masa kemerdekaan.
·
Ejaan
Republik/ Soewandi (1947-1972): Setelah Indonesia merdeka, pemerintah Republik
Indonesia mulai mencoba mengubah ejaan bahasa Indonesia untuk menciptakan
identitas yang lebih jelas sebagai bangsa merdeka. Ejaan yang dikenal sebagai
Ejaan Soewandi mulai diberlakukan pada tahun 1947. Hal ini mencakup perubahan
dalam penulisan beberapa kata.
·
Ejaan
Yang Disempurnakan (Mulai 16 Agustus 1972): Pada tanggal 16 Agustus 1972, ejaan
bahasa Indonesia mengalami perubahan besar dengan diberlakukannya Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). EYD bertujuan untuk lebih mendekatkan penulisan bahasa
Indonesia kepada pelafalan yang sebenarnya.
·
Kamus
Umum BI (Poerwadarminta, 1952, 1982): Kamus-kamus bahasa Indonesia, seperti
kamus Poerwadarminta, menjadi rujukan penting dalam penggunaan bahasa
sehari-hari. Perubahan kosakata dan arti kata-kata tertentu tercatat dalam
kamus ini.
·
Kamus
Besar BI (PPPB, 1988, 1991): Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang
dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (PPPB) pada tahun 1988
dan 1991 menjadi acuan resmi untuk penggunaan kata-kata dan penulisan dalam
bahasa Indonesia. KBBI terus diperbarui untuk mencerminkan perkembangan bahasa.
·
Berturut-turut
Mengalami Perkembangan Melalui Kongres Bahasa Indonesia Hingga Sekarang: Bahasa
Indonesia terus mengalami perkembangan melalui Kongres Bahasa Indonesia yang
diadakan secara berkala. Kongres ini menjadi wadah untuk merumuskan perubahan
dan penyempurnaan bahasa, termasuk penambahan kosakata baru yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
c.
Tantangan
Perkembangan Bahasa Indonesia
1.
Pengaruh
Bahasa Asing: Kemajuan teknologi dan globalisasi telah membawa banyak kata dan
istilah asing ke dalam bahasa Indonesia, yang bisa mengancam keaslian bahasa
dan identitas budaya.
2.
Variasi
Regional: Bahasa Indonesia memiliki beragam dialek dan variasi regional yang
harus diakomodasi agar tetap relevan dan digunakan oleh semua lapisan
masyarakat.
3.
Perubahan
Budaya: Perubahan budaya dan nilai-nilai sosial dapat mempengaruhi penggunaan
bahasa Indonesia, yang harus terus beradaptasi dengan perubahan ini.
4.
Pendidikan:
Kualitas pendidikan bahasa Indonesia dapat memengaruhi kemampuan masyarakat
dalam berkomunikasi dan menggunakan bahasa secara benar dan efektif.
5.
Teknologi
dan Media Sosial: Perkembangan teknologi dan penggunaan media sosial
mempengaruhi cara bahasa digunakan dan menyebarluaskan informasi, termasuk
bahaya penyebaran informasi palsu dan penggunaan bahasa yang tidak baku.
B. Kata
Kata
adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri sebagai
kata tunggal atau digabungkan dengan kata-kata lain untuk membentuk kalimat
yang lebih kompleks dan mempunyai makna. Kata-kata digunakan untuk
mengungkapkan gagasan, konsep, atau ide dalam komunikasi. Dalam bahasa
Indonesia, kata-kata dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan
fungsinya dalam kalimat.
Berikut
adalah pengelompokan kata (berdasarkan tata bahasa baku bahasa Indonesia) :
a.
Kata
Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan
perbuatan, tindakan, proses. Biasanya berfungsi sebagai predikat.Verba terdiri
atas: Kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menyatakan tindakan atau
perbuatan. Kata ini biasanya menggambarkan apa yang dilakukan oleh subjek dalam
kalimat.
1.
Verba
Asal: Merupakan kata kerja utama yang tidak
mengalami perubahan bentuk dasar. Contoh: "makan,"
"minum," "main," "kerja," dsb.
2.
Verba
Turunan: Merupakan kata
kerja yang mengalami perubahan bentuk dengan menambahkan awalan atau akhiran. Contoh:
"berjalan" (dengan awalan "ber-"), "menunggu"
(dengan awalan "men-"), "mengerjakan" (dengan awalan
"meng-"), dsb.
Bentuk Verba:
1.
Verba
Reduplikasi/Berulang: Verba
ini terbentuk dari pengulangan kata kerja untuk memberikan penekanan atau
intensitas pada tindakan yang dilakukan. Contoh: "makan-makan," yang
mengindikasikan tindakan makan yang dilakukan berulang kali dalam waktu
tertentu. Contoh kalimat: “Mereka berlari-lari mengejar bus kota”
yang menggambarkan tindakan berlari yang dilakukan berulang kali untuk mengejar
bus.
2.
Verba
Majemuk: Verba majemuk
terbentuk dari penggabungan dua atau lebih kata yang bersama-sama membentuk
makna tindakan tertentu. Contoh: "temu wicara,"
"terima kasih," "tanda tangan.". Contoh kalimat:
“Surat itu sudah saya tanda tangani” yang menggunakan verba majemuk "tanda
tangani" untuk menggambarkan tindakan memasukkan tanda tangan ke dalam
surat.
3.
Verba
Berpreposisi: Verba
berpreposisi adalah verba intransitif yang memerlukan preposisi tertentu
setelahnya untuk menyatakan hubungan dengan objek atau unsur lain dalam
kalimat. Contoh: "tahu akan" (mengetahui tentang),
"terdiri dari" (mengandung unsur-unsur), "bercerita
tentang" (menceritakan mengenai). Contoh kalimat: "Bangunan
ini terdiri dari beberapa lantai" yang menggunakan verba berpreposisi
"terdiri dari” untuk menggambarkan tindakan menjelaskan komposisi bangunan
yang terdiri dari beberapa lantai.
b.
Kata
Sifat (Adjektiva)
Kata
sifat adalah kata yang digunakan untuk memberikan deskripsi atau karakteristik
pada kata benda (nomina) dalam kalimat. Fungsi utama kata sifat adalah
memberikan informasi tambahan tentang subjek kalimat atau benda yang
dijelaskan.
Ciri-ciri:
1.
Dapat
diberi keterangan pembanding
Kata
sifat dalam bahasa Indonesia bisa diberi keterangan pembanding untuk
menggambarkan tingkat perbandingan antara dua benda atau lebih. Keterangan
pembanding seperti "lebih," "kurang," "paling,"
dan sebagainya digunakan untuk membandingkan sifat antara benda-benda tersebut.
Contoh Kalimat:
- Buku ini lebih tebal daripada buku
itu.
- Mobil baru ini adalah yang paling
mahal di showroom.
2.
Dapat
diberi keterangan penguat
Kata sifat juga bisa diberi keterangan
penguat untuk menekankan atau memperkuat sifat yang diungkapkan. Keterangan
penguat seperti "sangat," "amat," "bertar,"
"terlalu," dan sejenisnya digunakan untuk menunjukkan tingkat
intensitas atau kekuatan sifat tersebut.
Contoh Kalimat:
- Makanan di restoran ini sangat enak.
- Dia amat bahagia atas prestasinya.
- Harga tiket pesawat saat ini terlalu
mahal.
3.
Dapat
Ditambahi Kata Ingkar "Tidak"
Kata
sifat juga dapat dibalik dengan menambahkan kata "tidak" untuk
memberikan makna yang berlawanan. Hal ini digunakan untuk mengungkapkan negasi
dari suatu sifat.
Contoh Kalimat:
- Lukisan itu tidak indah menurut saya.
- Suhu hari ini tidak terlalu panas.
c.
Kata
Keterangan (Adverbia)
Kata
keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberikan informasi tambahan
tentang kata kerja, kata sifat, atau kata lain dalam kalimat. Kata ini menjawab
pertanyaan seperti bagaimana, kapan, di mana, seberapa, atau mengapa.
1.
Keterangan
waktu: Digunakan untuk
memberikan informasi tentang waktu tindakan atau peristiwa terjadi seperti,
"sejak," "ketika," "sekarang," "besok."
Contoh: Saya
akan pergi ke dokter besok.
2.
Keterangan
tempat: Mengindikasikan
lokasi atau tempat tindakan atau peristiwa terjadi seperti, "di
sana," "ke sini," "dari."
Contoh: Mereka
bermain di taman itu.
3.
Keterangan
tujuan: Digunakan untuk
menjelaskan tujuan atau maksud dari tindakan atau peristiwa, seperti,
"agar," "supaya," "demi," "untuk."
Contoh: Saya
belajar keras agar bisa lulus ujian.
4.
Keterangan
cara: Memberikan informasi
tentang cara atau metode tindakan dilakukan, seperti, "dengan
sekuat-kuatnya," "secara hati-hati."
Contoh: Dia menggambar dengan hati-hati.
5.
Keterangan
Penyertaan: Menunjukkan
orang atau benda yang turut serta dalam tindakan atau peristiwa.
Contoh: Saya pergi ke pesta bersama sahabat.
6.
Keterangan
alat: Mengindikasikan alat
atau sarana yang digunakan dalam tindakan atau peristiwa.
Contoh: Dia membuka kotak itu dengan gunting.
7.
Keterangan
kemiripan: Digunakan
untuk membandingkan atau menyamakan dua hal atau orang.
Contoh: Wajahnya seperti bunga.
8.
Keterangan
sebab: Menunjukkan alasan
atau sebab dari tindakan atau peristiwa.
Contoh: Dia
sakit karena cuaca buruk.
9.
Keterangan
saling: Menunjukkan hubungan
timbal balik antara dua orang atau lebih.
Contoh: Mereka
mendukung satu sama lain.
d.
Kata
Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata yang mengacu pada
benda konkret (contoh: meja, buku) atau abstrak (contoh: demokrasi, kehendak,
peraturan). Kata benda dapat berfungsi sebagai subjek, objek, atau pelengkap.
Golongan Nomina:
1.
Pronomina:
Pronomina adalah kata yang digunakan untuk menggantikan kata benda, kata
ganti, atau kata keterangan lainnya. Pronomina digunakan untuk menghindari
pengulangan kata benda yang sama dalam kalimat. Contoh pronomina dalam bahasa
Indonesia antara lain "saya," "dia," "mereka,"
"itu," "ini," dan lain-lain.
Contoh kalimat:
·
Saya
pergi ke toko.
·
Dia
membaca buku.
·
Mereka
sedang makan siang.
·
Apa itu?
Ini adalah kunci rumah.
2.
Numeralia:
Numeralia adalah kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau urutan
suatu benda atau orang dalam suatu kelompok. Numeralia dibagi menjadi dua
jenis, yaitu numeralia kardinal (menyatakan jumlah) dan numeralia ordinal
(menyatakan urutan).
a)
Numeralia
kardinal: Menunjukkan jumlah
atau banyaknya suatu benda atau orang. Contoh numeralia kardinal dalam bahasa
Indonesia antara lain "satu," "dua," "tiga,"
"sepuluh," "seratus.
Contoh kalimat:
·
Saya
memiliki dua anak.
·
Dia
membeli lima apel.
·
Rumah ini
memiliki sepuluh kamar.
b)
Numeralia
ordinal: Menunjukkan urutan
suatu benda atau orang dalam suatu rangkaian atau kumpulan. Contoh numeralia
ordinal dalam bahasa Indonesia antara lain "pertama,"
"kedua," "ketiga," "kesepuluh,"
"keduabelas."
Contoh kalimat:
·
Dia
adalah pemenang pertama dalam perlombaan.
·
Mobil
kedua di garasi adalah milik saya.
·
Hari ini
adalah ulang tahun yang ketiga bagi anak kami.
e.
Kata
Tugas (Partikel)
Kata
tugas, atau partikel, adalah kata-kata dengan peran khusus dalam kalimat,
meskipun maknanya tidak kuat. Berfungsi menghubungkan kata-kata,
mengindikasikan hubungan waktu, tempat, penyebab, atau nuansa dalam komunikasi.
1.
Kata Depan (Preposisi): Digunakan untuk
mengindikasikan hubungan antara suatu benda atau kata dengan benda atau kata
lain dalam kalimat, seperti "di," "ke," "dari."
Contoh kalimat: Saya pergi ke sekolah setiap pagi.
2.
Kata Sambung (Konjungsi): Digunakan untuk menghubungkan kata,
frasa, atau klausa dalam kalimat seperti, "dan," "tetapi,"
"atau."
Contoh Kalimat:
Dia lelah, tetapi dia tetap bekerja keras.
3.
Kata
Seru (Interjeksi): Digunakan
untuk mengekspresikan emosi atau perasaan seperti kaget, senang, atau kecewa,
seperti "aduh," "wah," "ayo," "astaga."
Contoh Kalimat: Aduh,
saya jatuh!
4.
Kata Sandang (Artikel): Digunakan sebelum kata benda
untuk menunjukkan apakah kata benda tersebut spesifik (tertentu) atau umum
(tidak tentu), seperti "sang," "si," "para."
Contoh Kalimat: Dia
adalah si penulis terkenal.
5.
Partikel: Partikel adalah unsur terkecil dalam bahasa yang digunakan untuk
memberikan nuansa atau perubahan makna dalam kalimat, seperti "-lah,"
"-kah," "-tah," "pun."
Contoh Kalimat:
"Tolong buka pintu lah."
C. Kalimat
Kalimat adalah unit bahasa tertulis atau
lisan yang terdiri dari satu atau lebih kata yang mengungkapkan suatu gagasan
atau pikiran lengkap. Setiap kalimat memiliki unsur penting, yaitu subjek (yang
melakukan tindakan) dan predikat (tindakan atau keadaan yang dilakukan oleh
subjek).
a. Jenis-jenis Kalimat:
Ada beberapa jenis kalimat berdasarkan
fungsinya dan strukturnya. Berikut beberapa jenis kalimat utama:
1. Kalimat Deklaratif: Digunakan untuk menyampaikan pernyataan atau informasi.
Contohnya: "Saya suka makan pizza."
2. Kalimat Interogatif:
Digunakan untuk bertanya. Ada dua jenis kalimat interogatif, yaitu kalimat
interogatif tanya ya/tidak dan kalimat interogatif tanya kata tanya. Contoh
kalimat interogatif tanya ya/tidak: "Apakah kamu lapar?" Contoh
kalimat interogatif tanya kata tanya: "Siapa yang memenangkan
perlombaan?"
3. Kalimat Imperatif:
Digunakan untuk memberikan perintah, nasihat, atau instruksi. Contohnya:
"Tutup pintu itu!"
4. Kalimat Eksklamatif:
Digunakan untuk menyampaikan perasaan atau emosi yang kuat. Contohnya:
"Wow, itu sangat mengesankan!"
b. Pola Kalimat:
Pola kalimat mengacu pada struktur umum yang
digunakan untuk membangun kalimat. Beberapa pola kalimat dasar meliputi:
1. Kalimat Sederhana:
Terdiri dari satu klausa independen yang mencakup subjek dan predikat.
Contohnya: "Dia pergi ke sekolah."
2. Kalimat Majemuk:
Terdiri dari dua atau lebih klausa independen yang dihubungkan dengan konjungsi
(seperti "dan," "atau," "tetapi"). Contohnya:
"Dia pergi ke sekolah, dan temannya pergi ke taman."
3. Kalimat Lengkung:
Terdiri dari satu klausa independen dan satu atau lebih klausa dependen. Klausa
dependen tidak bisa berdiri sendiri sebagai kalimat yang lengkap dan bergantung
pada klausa independen. Contohnya: "Saat dia pergi ke sekolah, dia membawa
buku."
c.
Struktur
Kalimat:
Selain subjek dan predikat, kalimat juga
dapat mengandung objek (yang menerima tindakan predikat), pelengkap (yang
memberikan informasi tambahan tentang subjek atau objek), dan berbagai unsur
lainnya yang memberikan detail kepada kalimat.
D. Paragraf
Paragraf adalah unit terkecil dalam
penulisan yang terdiri dari satu atau lebih kalimat yang terkait erat dan membentuk satu
kesatuan pikiran atau gagasan. Paragraf digunakan untuk mengorganisir dan
mengelompokkan ide-ide terkait dalam tulisan agar lebih mudah dimengerti oleh
pembaca.
Paragraf yang baik adalah paragraf yang
terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat utama
adalah kalimat yang menjadi dasar pengembangan paragraf tersebut. Dalam kalimat
utamalah, biasanya terdapat gagasan utama paragraf tersebut. Sedangkan kalimat
penjelas berfungsi untuk menjabarkan gagasan yang terdapat dalam kalimat utama.
Jenis paragraf (berdasarkan kalimat utamanya) terdiri dari 4, yaitu sebagai
berikut:
a.
Paragraf
Deduktif
Paragraf
deduktif adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang
kemudian dijelaskan dengan beberapa pernyataan khusus. Dengan kata lain,
paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di
awal paragraf.
Contoh:
Benda cagar budaya di Indonesia menjadi
incaran kolektor. Salah satu benda tersebut adalah arca
Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila dengan kedua telapak tangan di atas
paha. Benda seni tersebut tergolong barang dagangan yang harganya tak ternilai.
Penawaran sempat dibuka dengan harga US$ 300.000 atau sekitar tiga miliar
rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan Balai Lelang Christie’s di New
York.
b.
Paragraf
Induktif
Paragraf
induktif adalah paragraf yang dikembangkan dari beberapa pernyataan khusus yang
kemudian disimpulkan ke dalam sebuah pernyataan umum. Dengan kata lain,
paragraf induktif adalah paragraf yang gagasan/kalimat utamanya terletak di
akhir paragraf.
Contoh:
Untuk menjadi karyawan PT Digital Modern,
syarat utamanya adalah sarjana. Akan tetapi, tidak cukup sarjana saja. Calon
karyawan harus memiliki Indeks Prestasi bagus di Perguruan Tingginya, minimal
2,75. Calon karyawan juga harus menguasai salah satu bahasa asing, Inggris atau
Mandarin. Jika semua persyaratan administratif sudah terpenuhi, mereka harus
lulus serangkaian tes yang diselenggarakan oleh PT Digital Modern. Jadi,
memang tidak mudah untuk dapat diterima menjadi karyawan PT Digital Modern.
c.
Paragraf
Campuran (Deduktif-Induktif)
Paragraf
campuran adalah paragraf yang dikembangkan dari sebuah pernyataan umum yang
dijelaskan oleh beberapa pernyataan khusus dan kemudian diakhiri dengan
menegaskan kembali pernyataan umum sebelumnya. Dengan kata lain, paragraf
campuran adalah paragraf yang kalimat/gagasan utamanya terletak di awal
paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.
Contoh:
Benda
cagar budaya di Indonesia menjadi incaran kolektor.
Salah satu benda tersebut adalah arca Aksobhya Buddha yang sedang duduk bersila
dengan kedua telapak tangan di atas paha. Benda seni tersebut tergolong barang
dagangan yang harganya tak ternilai. Penawaran sempat dibuka dengan harga US$
300.000 atau sekitar tiga miliar rupiah. Harga selangit itulah yang ditawarkan
Balai Lelang Christie’s di New York. Hal ini membuktikan bahwa benda
peninggalan sejarah bangsa Indonesia banyak diburu oleh para kolektor.
d.
Paragraf
Tersirat
Paragraf
tersirat adalah paragraf yang seluruh kalimatnya membangun satu gagasan utama.
Artinya, seluruh kalimat dalam paragraf tersebut adalah kalimat utama. Sehingga,
untuk menentukan gagasan utama paragraf tersirat kita harus menyimpulkan
sendiri. Paragraf tersirat biasanya terdapat pada wacana-wacana yang bersifat
deskriptif seperti pada karya sastra (cerpen, novel, dll).
Contoh:
Desa itu tidak indah, nyaris buruk, dan
ternyata juga tidak makmur dan subur. Mereka semakin terkejut lagi waktu
menemukan rumah Mbok Jah. Kecil, miring, dan terbuat dari gedek, dan kayu
murahan. Tegalan yang selalu diceritakan ditanami dengan palawija nyaris gundul
tidak ada apa-apanya.
Gagasan utama paragraf tersebut adalah “Keadaan/kondisi
tempat tinggal Mbok Jah”